bintang


Senin, 27 Februari 2012

Festival Pasar Terapung


Festival pasar terapung




INDONESIA BANGGA MILIKI PASAR TERAPUNG
Banjarmasin,21/6 (ANTARA)- Indonesia boleh merasa bangga memiliki objek wisata pasar terapung seperti yang ada di Sungai Barito dan Sungai Martapura Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan sehingga bisa menjadi daya tarik wisatawan dunia mengunjungi negara ini.

Pasar terapung sebuah aktivitas pasar yang unik dan menarik yang ada di Banjarmasin, sudah begitu dikenal dan itu haruslah dilestarikan, kata Staf  Ahli Menteri  Kebudayaan dan Pariwisata, bidang ekonomi dan Iptek, Titin Sukarya pada pembukaan Festival  Pasar Terapung dan Budaya Banjar, Sabtu.
Di tengah ribuan pengunjung yang memadati areal pinggir Sungai Martapura depan kantor Gubernur Kalsel, Banjarmasin saat perayaan festival pasar terapung, Titin Sukarya menyatakan gembira upaya bersama mempertahankan keberadaan pasar terapung Banjarmasin melalui festival budaya ini.
“Jadikanlah magnet, kegiatan budaya pasar terapung ini, karena memiliki nilai jual tinggi,” tuturnya dihadapan Gubernur Kalsel, drs. Rudy Arifin, Walikota Banjarmasin, Yudhi Wahyuni, Walikota Surabaya Bambang DH, serta pejabat lainnya di arena festival budaya suku Banjarmasin tersebut.
Bukan hanya pasar terapung yang menarik. Bagi Kalsel masih banyak objek menarik dan unik lainnya yang laku dijual asal ada promosi yang gencar, seperti Kota Martapura yang dikenal sebagai puat penjualan batu permata terknal di tanah air.
Sungai Barito, Sungai Martapura segala bentuk kehidupannya menjadi suatu menarik kalau dikemas bagi dunia pariwisata tinggal bagaimana mengkemas keberadaan sungai itu hingga memancing wisatawan.
Gubernur Kalsel, Rudy Arifin menyebutkan festival pasar terapung merupakan salah satu event daerah Kalsel selama visit Indonesia Year (VIY) tahun 2008, dan kegiatan ini bisa menjadi pemanasan atau ujicoba sebelum diselanggarakannya visit Kalsel tahun 2009.
“Kita menetapkan kunjungan wisata ke Kalsel tahun 2009, makanya kegiatan festival ini salah bentuk atraksi budaya yang akan lebih besar digelar pada visit Kalsel itu,” kata Gubernur Kalsel yang didampingi pula Wakil Gubernur Kalsel, Rosehan NB.
Pemantauan festival pasar terapung tampak semarang dihadiri ribuan orang yang datang dari berbagai daerah Kalsel, kaltim dan kalteng bahkan ada yang datang dari Pulau Jawa Sumatera khususnya indragiri hilir serta warga Malaysia yang berasal dari tanah Banjar.
Sekitar 250 jukung para pedagang pasar terapung baik yang ada di Sungai Barito dan Lok Baintan Sungai Martapura disamping puluhan kapal wisata dan kapal tanglung memadatio sungai Martapura tersebut.
Belum lagi di lokasi pinggir sungai terdapat kampung Banjar yang menggelar atraksi budaya, bagasing, balogo, banyanyi, tari-tarian, madihin, bahkan menggelar aneka adat budaya warga di 13
kabupaten /kota Kalsel

 
kapal wisata meriahkan festival pasar terapung

permainan rakyat Banjar, bagasing
300-an pedagang pasar terapung terlibat di festival pasar terapung banjarmasin 21-21 Juni 2008
atraksi naik manau, atau kayu berduri meriahkan festival pasar terapung Banjarmasin
peragaan kain sasirangan juga diikutkan di tengah festival
tari gintur dayak ikuti festival

Tarian yang disuguhkan ke pengunjung festival pasar terapung
musik kurung2 ramaikan susana festival
orang bertopeng di tengah kerumunan festival termasuk walikota Banjarmasin Yudhi Wahyuni

gadis-gadis banjar di tengah festival
FESTIVAL PASAR TERAPUNG KEINGINAN YANG SUDAH LAMA
Banjarmasin,17/6 (ANTARA)- Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalimantan Selatan (Kalsel) Drs.Bihman Muliansyah mengakui bahwa penyelanggaraan Festival Pasar Terapung (FPT) di Banjarmasin merupakan keinginan yang sudah lama terpendam.
Keinginan tersebut baru tercapai pada tanggal 21-22 Juni 2008 bertepatan dengan Visit Indonesioa Year (VIY) tahun 2008 ini yang sekaligus menyambut visit Kalsel  2009 mendatang , katanya kepada wartawan di Banjarmasin, Selasa.
“Kita mencoba untuk menampilkan karateristik budaya sungai dengan segala alur perniagaannya, yang mewarnai kehidupan masyarakat Kalsel pada umumny. Pasar terapung dan peradaban budaya sungai ini tak banyak ditemui di daerah lain di nusantara,” kata Bihman Mulinasyah.
Oleh karena itu melalui langkah nyata, strategis dan berkesinambungan event budaya FPT akan digelar setiap tahun dan dikemas lebih apik untuk mengeksplore segenap potensi berbagai hasil karya masyarakat di 13 kabupaten/kota Kalsel.
FPT diharapkan mampu menjadi ajang promosi potensi dan produk-produk unggulan daerah, terutama dalam rangka pemasaran objek dan daya tarik pariwisata Kalsel untuk dapat bersaing ditingkat regional, nasional, dan internasional.
Sementara maksud dan tujuan penyelanggaraan FPT tersebut menurut Bihman Muliansyah sebagai sarana promosi dan apresiasi seni budaya dan produk unggulan dalam rangka menunjang kepariwisataan Kalsel.
Sebagai wahana unjuk kebolehan berbagai ragam seni tradisional sebagai output pembinaan yang dilakukan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat, yang merupakan usaha-usaha pelestarian dan pengembangan seni budaya daerah agar terhindar dari kepunahan.
Tujuan lain dengan menampilkan karakteristik budaya Banjar dan beserta asfek keunikannya, akan mampu mendorong kedatangan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Kalse, disamping memberikan informasi dan memperlihatkan berbagai tampilan hasil karya kepada masyarakat untuk lebih merangsang dan menggairahkan perekonomian kecil dan menengah.
Melalui FPT ini pula tambah Bihman Muliansyah akan menciptakan kontak-kontak dagang di kalangan pengelola wisata, serta pertemuan para pakar wisata dan industri pariwisata.
Hal lain dari terselanggaranya FPT ini merupakan hiburan rakyat,  ajang dari pesta rakyat dalam suatu perhelaan akbar dalam bidang kemampuan hasil karya rakyat itu sendiri.
Berdasarkan keterangan untuk mensuksekan FPT panitia membangun sebuah miniatur perkampungan suku Banjar, (kampung banjar) di tepian Sungai Martapura, atau halaman kantor Gubernur Kalsel, jalan Sudirman Banjarmasin.untuk mendukung kegiatan budaya dan  pariwisata di arena FPT.
Melalui kampung Banjar para wisatawan bisa melihat aneka jenis budaya masyarakat Banjar yang tinggal di Kalsel, tanpa harus mendatangi wilayah 13 kabupaten/kota  yang ada di provinisi ini, karena lokasi itu diisi perwakilan warga kabupaten/kota Kalsel.
Melalui kampung Banjar itu pula terdapat aneka kerajinan suku Banjar, lukisan daerah Banjar, serta aneka peralatan tradisional seperti alat pendulangan intan  setempat, disamping akan digelar festival kuliner yang menyajikan aneka macam penganan dan masyarakat khas daerah ini yang disebut makanan 41 macam.
Di perkampungan buatan itu pula akan digelar pameran berbagai potensi ekonomi dan sosial budaya daerah Kalsel, pameran kerajinan rakyat, serta pameran foto kampung Banjar tempo dulu.
Di lokasi itu pula digelar festival permainan rakyat, seperti permainan anak-anak Kalsel tempo dulu, badaku, balogo,bagasing, batungkau, lariu menggunakan sandal terbuat dari tempurung kelapa, dagongan,bakarasminan termasuk menampilkan seni budaya 13 kabupaten/kota se Kalsel, serta festival sinoman hadrah.
Sedangkan kegiatan di atas sungai Martapura, terdapat lomba jukung hias yang sudah dinyatakan diikuti 250 peserta, lomba jukung tradisional (sampung jaga), lomba jukung tanglong yang diikuti ratusan peserta pula.
Bahkan ada  farade atau kegiatan   modeling di atas perhu yang diikuti oleh peragawan dan peragawai menggunakan kain khas Kalsel, Sasirangan.
“FESTIVAL PASAR TERAPUNG” UPAYA LESTARIKAN BUDAYA SUNGAI
Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin,14/6 (ANTARA)-Satu dasawarsa lalu, keberadaan pasar terapung (floating market) begitu semarak, namun kesemarakan aktivitas transaksi di kawasan pasar di atas Sungai Barito dan Sungai  Martapura, Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut belakangan mulai berkurang.
Banyak yang mengkhawatirkan pasar terapung menjadi objek wisata andalan Kalsel tersebut bakal punah, menyusul zaman terus bergulir dimana pelaku transaksi di pasar yang sudah ada sejak berabad-abad tersebut  mulai mengalihkan kegiatannya ke darat.
Pemerintah Propinsi (Pemprop) Kalsel melalui Dinas Pariwisata dan Budaya setempat pun turut mengkhawatirkan punahnya objek wisata  yang ada di Desa Kuin Sungai Barito, maupun di Desa Lok Baintan Sungai Martapura itu, seperti dituturkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalsel, Drs.Bihman  Muliansyah.
Kekhawatiran hilangnya pasar terapung itu kini mulai terbukti, setelah berkurangnya aktivtas pelaku pasar terapung di dua lokasi tersebut.
Pelaku di pasar terapung kebanyakan adalah pedagang eceran, yang membeli barang kebutuhan pokok, seperti sayuran, ikan, buah-buahan, dan bahan makanan termasuk sembilan kebutuhan pokok di pasar terapung.
Setelah membeli barang dagangan di pasar terapung pedagang eceran yang menggunakan jukung (sampan kecil) itu menyusuri sungai-sungai kecil di pemukiman penduduk untuk menjual baranbg dagangan itu lagi ke masyarakat, begitulah setiap hari sehingga keberadaan pasar terapung dinilai vital sekali.
Tetapi setelah jalan darat di tiga wilayah seperti di Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Barito Kuala (Batola) mulai tersedia  maka pedagang eceran beralih  berdagang menggunakan sepeda, atau sepeda motor. Merekapun tak lagi membeli barang jualan di pasar terapung tetapi di pasar induk di ketiga wilayah tersebut.
Akibatnya bukan pedagang kecil saja yang tak lagi mendatangi pasar terapung tetapi juga pedagang besar (grosir) kini mulai enggan pula mendatangi kawasan pasar terapung Desa Kuin Sungai Barito tersebut.
Melihat kenyataan tersebut, maka bisa jadi nantinya pasar terapung tidak lagi keberadaannya secara alamiah seperti sekarang .  Artinya pasar terapung tak lagi menjual barang  kebutuhan masyarakat, melainkan hanya rekayasa seperti layaknya pasar terapung di objek wisata  Bangkok Thailand yang hanya menjual barang cenderamata.
Untuk melestarikan pasar terapung itulah maka berbagai upaya telah dilakukan termasuk membina para pedagang agar tetap bertahan di lokasi tersebut.
“Kegiatan Festival Pasar Terapung (FPT) tanggal 21-22 Juni 2008 mendatang merupakan satu bagian dari upaya pelestarian pasar terapung itu,” kata Bihman Muliansyah.
Guna mensukseskan FPT itu Pihak Disbudpar Banjarmasin maupun Disbudpar Kalsel kini sudah mempersiapkan matang penyelanggaraannya. Koordinasi terus dilakukan bukan saja kedua instansi itu tetapi juga dengan pihak Bank Indonesia (BI) Banjarmasin mengingat BI terlibat juga pendanaan dalam kegiatan tersebut.
Koordinasi juga dengan pihak kepolisian yang menerjunkan polisi wisata, serta dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kalsel yang diharapkan peran pramuwisata mensukseskan event tersebut dengan cara mendampingi para wisatawan selama di wilayah ini, termasuk koordinasi dengan Asita Kalsel, Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI), agen perjalanan  dan komunitas pengelola wisata Kalsel lainnya.
Kadisbudpar Banjarmasin Hesly Junianto menuturkan,  panitia membangun sebuah miniatur perkampungan suku Banjar, (kampung banjar) di tepian Sungai Martapura, atau halaman kantor Gubernur Kalsel, jalan Sudirman Banjarmasin.untuk mendukung kegiatan budaya dan  pariwisata di arena FPT.
Melalui kampung Banjar para wisatawan bisa melihat aneka jenis budaya masyarakat Banjar yang tinggal di Kalsel, tanpa harus mendatangi wilayah 13 kabupaten/kota  yang ada di provinisi ini, karena lokasi itu diisi perwakilan warga kabupaten/kota Kalsel.
Melalui kampung Banjar itu pula terdapat aneka kerajinan suku Banjar, lukisan daerah Banjar, serta aneka peralatan tradisional seperti alat pendulangan intan  setempat, disamping akan digelar festival kuliner yang menyajikan aneka macam penganan dan masyarakat khas daerah ini yang disebut makanan 41 macam.
Di perkampungan buatan itu pula akan digelar pameran berbagai potensi ekonomi dan sosial budaya daerah Kalsel, pameran kerajinan rakyat, serta pameran foto kampung Banjar tempo dulu.
Di lokasi itu pula digelar festival permainan rakyat, seperti permainan anak-anak Kalsel tempo dulu, badaku, balogo,bagasing, batungkau, lariu menggunakan sandal terbuat dari tempurung kelapa, dagongan,bakarasminan termasuk menampilkan seni budaya 13 kabupaten/kota se Kalsel, serta festival sinoman hadrah.
Sedangkan kegiatan di atas sungai Martapura, terdapat lomba jukung hias yang sudah dinyatakan diikuti 250 peserta, lomba jukung tradisional (sampung jaga), lomba jukung tanglong yang diikuti ratusan peserta pula.
Bahkan ada  farade atau kegiatan   modeling di atas perhu yang diikuti oleh peragawan dan peragawai menggunakan kain khas Kalsel, Sasirangan, tambah Hesly Junianto.
Dalam acara pembukaan tersebut selain dihadiri Gubernur Kalsel, Drs.Rudy Ariffin yang sekaligus memberikan sambutan pembukaan, juga ada sambutan dari Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Selama pembukaan kesenian yang disajikan adalah tarian baksa kembang, tarian radap rahayu, pegelaran musik panting, serta madihin.
Pada malam harinya kegiatan dimeriahkan penampilan hiburan rakyat, serta pesta kembang api, kata Hesly yang didampingi kepanitiaan lainnya dalam konferensi pers menyambut penyelanggaraan akbar tersebut.
Pengunjung yang diharapkan menghadiri sesuai dengan undangan yang sudah disampaikan antara lain para pejabat daerah, pejabat pemerintah pusat, perwakilan negara asing yang undangannya sudah disampai ke Departemen Luar Negeri , dan kalangan pejabat dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Pemerintah Propinsi yang diundang khususnya dinas yang menangani kebudayaan dan pariwisata yang  sudah menyatakan datang, dari pemerintah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta propinsi lainnya.
Kemudian juga diundang asosiasi, dewan kerajinan nasional, Asita, PHRI, HPI, serta media cetak dan elektronika baik di daerah dan Jakarta.
Kalender
Pemvrop Kalsel akan  menjadikan FPT sebagai kalender kepariwisataan Kalsel, digelar tiap tahun, dan selalu dipromosikan  melalui berbagai media massa dan pembagian brosur dan buku wisata  ke seluruh biro perjalanan dan agen wisata.
Menurut Kadisbudpar Kalsel Bihman  Muliansyah karena ini kalender kepariwisataan maka penyelanggraan yang pertama ini akan menjadi contoh kesukseskan guna menggelar berikutnya.
“Kita mengujicoba kemampuan kepastiaan, FPT khususnya dalam koordinasi. Kalau koordinasi antar instansi dan pihak yang terlibat cukup baik, maka pola ini yang akan dilakukan ketika menggelar event budaya yang lainnya, “katanya.
FPT di Kalsel merupakan program nasional yang diselanggarakan di daerah selama VIY, sedangkan kegiatan lain adalah Mappanretasie (memberi makan laut) di Pantai Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu).
Acara Baayun Anak saat Mauludan Rasul di masjid Al Mukaramah, Desa Banua Halat Kabupaten Tapin, juga merupakan event budaya dan kalender keparwisataan Kalsel yang selalu dipromosikan selama VIY 2008 dan visit Kalsel tahun 2009. Kegiatan lain adalah budaya aruh ganal (selamatan besar) di pemukiman suku  Dayak Pedalamam Kalsel atau di Pegunungan Meratus.
FPT di Banjarmasin ini sudah pula dipublikasikan secara luas agar masyarakat Kalsel dan masyarakat indonesia dan mancanegara mengetahuinya sehingga memancing wisatawan datang menyaksikan festival tersebut.
Menurut Bihman Muliansyah yang juga dikenal sebagai ketua I, kepanitian FPT tersebut,   beberapo biro perjalanan di tanah air sudah menyatakan membawa wisatawan datang ke daerah ini.
Umpamanya saja biro perjalanan di Jawa Timur, Jogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta menyatakan kesediaan datang ke Kalsel, Sementara warga asal Kalsel yang sudah lama tinggal di daerahlain juga sudah menyatakan bakal datang menyaksikan kegiatan budaya tersebut, seperti dari Pulau Jawa, dari Indragiri Hilir (Inhil) Riau, serta dari Malaysia.
“Kita berharap FPT kali ini sukses, sebagai ajang menyambut Visit Indonesia Year (VIY) tahun 2008, sekaligus menyabut visit Kalsel tahun 2009, disamping berhasil memelastarikan budaya sungai pasar terapung, yang sudah begitu dikenal luas di tanah air, setelah selalu ditayangkan melalui televisi swasta di Jakarta,” kata Bihman Muliansyah


ANEKA FOTO PASAR TERAPUNG
—————————————-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar